Minggu, 17 Mei 2015

Badai Pasti Akan Berlalu


Badai - IST
Ini sudah sa pu hidup. Tidak pernah saya tentukan dari rahim siapa saya harus terlahir. Dari suku mana saya harus berasal dan dari orang tua mana saya harus dididik. 

Begitu pula dengan jalan hidup. Saya tidak pernah tentukan kapan saya harus gagal ? kapan saya harus kecewa ? kapan saya harus berhasil ? kapan saya harus dapat ujian hidup ? kapan saya harus dapat cobaan ?

Semua terjadi begitu saja tanpa dipaksakan oleh pihak manapun. Namanya juga jalan hidup. Saya yang menjalani tapi sudah ada yang mengatur.

Yang jelas saya tidak pernah tahu kapan akan ada tikungan ? kapan akan ada hujan ? kapan akan ada badai ? kapan akan ada jurang ? Semua berjalan begitu saja. seperti aliran sungai.

Sungai mengalir tanpa henti tapi suatu ketika hidup ini akan terhenti.  You know, kita hanya diberikan satu kesempatan untuk hidup. Seandainya kata andai itu berfungsi untuk mewujudkan keinginan saya, saya akan banyak menggunakan kata andai untuk membuat hidup saya selembut kapas.

Nyatanya andai hanya sebuah kata. Semua yang hanya diucapkan tidak akan pernah menjadi nyata. Kecuali diucapkan untuk berusaha melakukan. Itulah kelemahan saya. Terkadang saya hanya bisa mengucapkan tapi susah untuk melakukan.

Sering  saya berpikir untuk kembali ke masa kanak – kanak. Masa – masa dimana yang ada dalam pikiran hanya bermain dan selalu bersama kedua orang tua. Tanpa harus memikirkan beban hidup kerena semua masih tanggung jawab orang tua. Itupun tidak mungkin terjadi.

Itu artinya semua yang sudah terjadi tidak akan pernah terulang kembali. Kemarin ya kemarin, besok ya besok dan yang saya bisa lakukan sekarang adalah tetap berdiri dan mengatakan kepada dunia bahwa “saya masih mampu memikul beban hidup ini dan akan terus berjuang untuk menjadi yang terbaik”.

Terima kasih kepada Tuhan yang tidak pernah lepaskan saya sedetikpun. Tuhan yang selalu menuntun kemana langkah kaki ini, sampai saya sudah tiba di tahap ini. Tahap dimana ada orang lain diluar sana yang sedang menginginkan seperti saya.

Terima kasih juga buat kedua orang tua yang tidak pernah membiarkan saya memikul beban hidup sendiri. Selalu ada diwaktu susah, diwaktu senang. Bahkan diwaktu terjatuh dan saya merasa  benar- benar tidak mampu lagi untuk menlanjutkan sandiwara hidup ini, Orang tua selalu ada.

Tidak lupa untuk adik, kakak, om, tante, nene, dan semua yang selalu warnai kehidupan saya. Tanpa kalian dunia sepih hahahahahhaha….. Tanpa kalian saya tidak tahu rasanya berjuang untuk berbagi kebahagiaan. Kalianlah pondasi untuk saya menjalani hari – hari ini.

Mungkin saya juga harus berterima kasih kepada mereka yang pernah menjadi teman special  (pacar). Karena mereka saya bisa tahu rasanya jatuh cinta dan yang paling sadis adalah saya bisa rasakan kekecewaan.

Yang saya tahu, selama saya hidup saya harus lakukan yang terbaik. Untuk siapapun dia yang saya kenal dan menurut saya orang itu pantas dapat kebaikan dari saya hahahahahha

Itu sudah saya walau kecewa selalu ada pintu maaf.  Yang terpenting semua harus merasa bahagia ketika berada di samping  saya.  Kalau semua orang sadar roda kehidupan itu terus berputar dan mengerti akan kalimat “yang terbelakang akan menjadi terdepan dan yang terdepan akan menjadi terbelakang”, saya rasa tidak perlu ada kata MENYERAH dan BALAS DENDAM. 

Syukuri semua yang terjadi karena hidup ini sebuah pelajaran dan terus melangkah karena semua ada waktu. Ingat Esthy badai pasti akan berlalu.  Smangaaaaatttt esthyyyy !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 

1 komentar:

"Wanita bijak seperti angsa diatas air. Anggun namun tetap bekerja. Tetap tegar meski terluka. Jika anda ingin dicinta, mencintalah dan jadilah orang yang pantas dicinta," Mario Teguh.