Berikut ini adalah petikan surat terakhir B.j habibie untuk
alm. Ainun Habinie. Sebuah surat yang saya rasakan sangat dalam bila kita
benar-benar bisa merasakan.
Sebuah surat yang setidaknya bisa mewakili segenap perasaan
beliau saat ditinggal pergi istri tercitanya, sebuah bukti hitam diatas putih
bahwa betapa beliau sangat mencintai dan sangat kehilangan isterinya yang telah
menemani beliau selama menjalani kehidupan sampai pada akhirnya dipisahkan oleh
kematian.
Surat terakhir untuk B.J habibie untuk alm. Ainun Habibie …
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena,
aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian
adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini
adalah giliranmu pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah
kenyataan bahwa kematian benar- benar dapat memutuskan kebahagian dalam diri
seorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi seorang yang setenga mati, hatiku seperti tak
ditempatnya dan tubuhku serasa kosong melompang, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba- tiba
hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan
salam perpisahan panjang, pada kesetian yang kau ukir, pada kenangan pahit
manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar
kau disini.
Mereka mengira akulah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa
mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderungan ku
adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan,
sehingga aku mampu mencitai seperti ini.